Sabtu, 30 April 2011

TINJAUAN ASPEK EKONOMI, EKOLOGI, PENGGUNAAN, DAN BENTUK SEDIAAN DI PASARAN DARI ACORUS CALAMUS


TINJAUAN ASPEK EKONOMI, EKOLOGI, PENGGUNAAN, DAN BENTUK SEDIAAN  DI PASARAN DARI ACORUS CALAMUS
Sriana Azis , Salma M.P.
Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional, Puslitbang Ekologi, Badan Litbang Kesehatan
ABSTAK
Acorus calamus atau jaringau telah digunakan sebagai obat sejak dulu oleh Mesir kuno dan Cina.  Jaringau telah digunakan pula di Eropah pada jaman pertengahan dan digunakan sampai sekarang, pada umumnya digunakan sebagai aprodisiaka, eliksir dan stimulans, serta digunakan untuk jampi-jampi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk memberi informasi bahwa sediaan obat tradisional yang mengandung  jaringau sebaiknya jaringau jangan digunakan lagi
Penggunaan jaringau sebagai fitokimia dan etnobotani masih banyak digunakan. Minyak atsiri  digunakan sebagai menghangatkan dan aroma. Rimpang  jaringau digunakan sebagai obat : antispasmodik, antelmintik, bronkhitis,  diare kronis, disentri, eksim, epilepsi, rematik, dan lain-lain.
Kandungan zat : isolasi dari rimpang jaringau terdiri dari acoradin, 2,4,5-trimetoksibenzaldehida, 2,5-dimetoksibenzokuinon, galangin dan sitosterol. Jaringau  kering mengandung 1,5 – 3,5 % minyak atsiri dan sebagian terbesar mengandung beta asaron.
FDA (Food and Drug Adminitration) menyatakan bahwa jaringau tidak aman dikonsumsi manusia karena mengandung  beta asaron yang bersifat zat karsinogen. FDA telah melarang penggunaan sediaan jaringau sebagai bahan tambahan makanan dan obat tradisional.

Key Word:  Obat tradisional
ABSTRCT
Aspect Review Economic, Ecology, Uses, and Preparation of Acorus calamus
Acorus calamus or jaringau has been used as medicinne since ancient in Egyp and China. Jaringau was used in Europe in midle aged, usually as approdisiaca, elixir, stimulant, and for mistic used.
This review is to inform that any traditional preparation containning jaringau should not be used anymore, because of the carcinogenic activity of it’s beta azaron..
Empirically and phytochemically jaringau is still widely used. Jaringau essential oil is used to keep the body warm and for flavor. Jaringau rhizome has been as antispasmodic, anthelmintic, to treat bronchitis, cronic diare, dysentry, eczema, rhematic, etc.
Chemically jaringau contain: acoradin with consist of 2,4,5-trimetoksibenzaldehida, 2,5-dimetoksibenzokuinon, galangin dan sitosterol. Dried jaringau contain 1,5 – 3,5 % essential oil mostly composed azaron;.
FDA stated that jaringau is not safe for human consumtion because of the carcinogenic activity of it’s beta azaron. FDA has also prohibited the used of jaringau as additive for food and traditional medicine.

Keey word : Traditional medicine
Pendahuan
Jaringau adalah obat tradisional yang telah digunakan sejak jaman dahulu seperti di Mesir dan Cina kuno, Pada jaman pertengahan jaringau sangat populer di Eropah sampai sekarang, pada umumnya  jaringau digunakan sebagai obat aprodisiaka, eliksir , stimulan dan jampi-jampi. Di Amerika digunakan oleh orang Indian sebagai obat stimulan dan halusinogen. Pada umumnya di Eropah minyak atsiri jaringau digunakan sebagai aroma rokok dan minuman keras. 1)
Pada saat ini banyak obat tradisional atau suplemen makanan  dari luar negeri beredar di pasaran, produk ini dijual di super market, toko obat atau dipasarkan melaui MLM (multi level marketing) dengan harga mahal. Para konsumen seharusnya jeli untuk memilih jangan terlalu percaya terhadap promosi obat yang tidak jelas khasiatnya dan baca komposisi obat.  Hindarilah  obat tradisional atau suplemen makanan yang mengandung jaringau/ kalmus/ calamus/ acorus/ sweetflag /shin ch”ang pu/ bachh/ rache, karena penggunaan dalam waktu lama jaringau dapat memicu timbulnya kanker/tumor.
 FDA (Food and Drug Adminitration) menyatakan bahwa jaringau tidak aman dikonsumsi manusia karena mengandung  beta asaron sebagai zat karsinogen. FDA telah melarang penggunaan seddiaan jaringau sebagai bahan tambahan makanan dan obat tradisional. 2)
Tinjauan ini dimaksudkan memberi informasi kepada masyarakat bahwa sediaan obat tradisional yang mengandung  jaringau sebaiknya  jangan digunakan lagi
Tinjauan ini menggunakan buku rujukan, hasil penelitian dari dalam dan luar negeri. Studi meliputi nama, diskripsi, dan kandungan zat; ekologi, aspek ekonomi dan larngan penggunaanya; ;pengguaan pada masyarakat; bentuk sediaan jamu di pasaran dan harapan masa depan. Data dianalisis secara dekriptif.

Nama , Diskripsi, dan Kandungan Zat

1.      Nama 3), 4)

·         Nama botani : Acorus calamus.
·         Nama daerah : Jerenge (Aceh), jerango (Gayo dan Batak Karo), serago (Nias), daringo/ jariango (Sunda), dlingo/ dringo (Jawa), jhariango (Madura dan Banjar), areango (Bugis), kareango (Makasar), kalumunga (Minahasa), jahangu (Bali), kaliraga (Flores), gunuak (Timor), bila (Buru), aiwahu (Arafuru, daringo (Ambon). 3)
Nama lain :Sweet Flag (Eropah), kalmus, calamus/ acorus (generik), bachh (Hindu), racha (verdic),  shih-ch”ang pu (Cina).
Famili : Araceae. 4)
2. Diskripsi  5)
·         Habitus : Herba tahunan tinggi lebih kurang 75 cm.
·         Batang : Batang basah pendek membentuk rimpang putih kotor.
·         Daun : Tunggal bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal memeluk batang ,       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar