Sabtu, 30 April 2011

Penelitian Kwalitatif Kendala Jamu Masuk Pelayanan Kesehatan Formal


Penelitian Kwalitatif Kendala Jamu Masuk Pelayanan Kesehatan Formal
Sriana Azis, Rini Sasanti
 Puslitbang Sistem Kebijakan Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan

Abstrak

            Menurut data yang dihimpun oleh Seketariat Convention on Biological Diversity (CBD), pada tahun 2000 penjualan  global obat herbal diperkirakan mencapai nilai US $ 60 milyar . obat herbal telah diterima secara luas  dan semakin popular di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 65 % penduduk negara maju mengkonsumsi obat herbal.  Penduduk Indonesia yang menggunakan jamu sekitar 80 %.
                         Oleh karena itu sangat diperlukan untuk mengembangkan peraturan perundangan OT dan penemuan racikan/formula obat herbal berkhasiat untuk penyakit tertentu agar dapat jamu masuk pelayanan kesehatan formal.  
            Masalah kendala utama adalah  peraturan perundangan, khasiat obat herbal, efek samping, dosis, prilaku masyarakat, pembinaan pemerintah terhadap penemu racikan/formula obat herbal (jamu)
Tujuan : menghimbau pemerintah agar memberlakukan GBHN tahun 1993 membina Pengobatan  Tradisional (Batantra) yang secara medis dapat dipertanggung jawabkan terus dibina untuk perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan
Bahan dan cara ; penelitian potong lintang, merupakan penelitian kualitatif dari pengalaman sebgai pengobat selama 8 tahun, hasil semnar, data dari Koran, dan buku rujukan lainya. Data tersebut dianalis secara  diskriptik
Hasil : peraturan-perundangan obat tradisional yang kurang menunjang di Indonesia diperkirakan sampai akhir jamanpun tidak mungkin bisa jamu masuk pelayanan kesehatan formal. Untuk memenuhi ajakan pemerintah agar jamu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu di negara lain. Peran serta pemerintah merupakan strategi utama untuk mempromosikan jamu Indonesia, meningkatkan peraturan- perundangan obat tradisional, mengubah prilaku masyarakat tentang obat tradisional, memasukan kurikulum obat tradisional ke dalam pendidikan tenaga kesehatan. .Milliherb adalah racikan/formula jamu yang berdosis  350 mg – 500 mg kering, terlihat khasiatnya setelah minum 15 - 30 menit dan mempunyai 32 jenis produk, setiap jenis produk untuk satu jenis penyakit

Kata kunci: obat herbal/ jamu, jamu masuk pelayanan kesehatan.










Pendahuluan

            Indonesia sebagai negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya, “A Mega Biodeversity Country” dengan luas daratan hanya 1,3 % dari luas daratan dunia, Indonesia mempunyai 14 – 19 tipe ekosistem alami serta lebih dari 5 juta spesies atau 16,7 % dari jumlah yang ada di dunia (KLH, 1994) Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetik alami. 1)
             Di  Indonesia ada sekitar 30.000 spesies tanaman yang sebagian besar tersebar di wilayah hutan hujan tropis. Dari spesies tanaman yang ada tersebut lebih dari 3.300 spesies (11%) merupakan tanaman yang mempunyai khasiat obat dan baru 300  spesies yag telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat herbal atau jamu. 1 )
            Menurut data yang dihimpun oleh Seketariat Convention on Biological Diversity (CBD), pada tahun 2000 penjualan  global obat herbal diperkirakan mencapai nilai US $ 60 milyar . obat herbal telah diterima secara luas  dan semakin popular di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 65 % penduduk negara maju mengkonsumsi obat herbal. 2)
             Industri obat tradisional di Indonesia, telah mengalami kemajuan pesat baik dari segi produksi maupun pemasarannya. Hingga akhir tahun 2003 telah terdapat 1.012 industri obat tradisional yang memiliki izin usaha industri, terdiri dari 105 industri berskala besar  dan 907 industri kecil. 2)
Kalau dilihat dari ekspor tanaman obat/obat herbal, maka Cina masih merupakan negara pengekspor terbesar disusul oleh Amerika (USA) dan India. Ironis sekali, Indonesia yang merupakan negara ke dua setelah Brasil berada pada posisi ke 19 dan ke 21 pada tahun 1999.  Pada  tahun 2002 posisi ekspor turun menjadi ke 31, I ndonesia tertingal jauh bila dibandingkan Singapura menduduki posisi 8 pada tahun 1999 dan pada posisi 5 pada tahun 2002, meskipun Singapura boleh dikatakan tidak mempunyai sumber alam. 1)
            Kecendrungan ini meningkat disebabkan oleh perubahan lingkungan hidup, perilaku manusia, perkembangan pola penyakit, obat modern tidak dapat meyembuhkan sebagian besar (70 %) penyakit, terutama penyakit bawahan, kronis , degeneratif, virus dan kanker, serta adanya efek samping obat kimia.
           
             Oleh karena itu sangat diperlukan penelitian untuk mengembangkan peraturan perundangan obat tradisional dan penemuan racikan/formula obat herbal berkhasiat untuk penyakit tertentu agar dapat jamu masuk pelayanan kesehatan formal.  Hal ini untuk memenuhi selogan pemerintah jamu menjadi tuan rumah di Indonesia dan tamu di negara lain.
            Masalah kendala utama adalah  peraturan perundangan, khasiat obat herbal, efek samping, dosis,  prilaku masyarakat, pembinaan pemerintah terhadap penemu racikan/formula obat herbal (jamu)
Tujuan : untuk menghimbau pemerintah agar memberlakukan GBHN tahun 1993 membina Pengobatan  Tradisional (Batantra) yang secara medis dapat dipertanggung jawabkan terus dibina untuk perluasan dan pemerataan pelayana kesehatan
Bahan dan cara ; penelitian potong lintang, merupakan penelitian kualitatif dari pengalaman sebgai pengobat selama dalam 8 tahun, hasil seminar, data dari Koran, dn buku rujukan lainya. Data tersebut dianalis secara  diskriptik.

Peraturan Perundangan
Penggunaan obat tradisional (OT/jamu) diklangan medis sampai sekarang masih belum memuaskan. Hal ini disebabkan beberapa factor   meliputi eraturan-perundangan tentang penggunaan obat herbal toleran (boleh) dan tidak dianjurkan, serta dokter hanya berpikir secara pengobatan konvensional atau menggunakan obat modern.  Sejak tahun 1993 GBHN menyatakan tentang Pengobatan Tradisional (Batantra) yang secara medis dapat dipertanggung jawabkan terus dibina untuk perluasan dan pemerataan pelayana kesehatan (Yankes), demikian juga pada Undang-undang Kesehatan No. 23/1992. pemerintah juga teleh membuat SK. Menkes no 760/Men Kes/Per/X/1992 tentang obat Fitofarmaka. Berbekal  pada GBHN, UU Kesehatan NO. 23/1992  dan SK.MenKes tentang fitofarmaka, seyogyanya dokter sudah menggunakan OT, apalagi sekarang telah ada SK.Men.Kes. no. 0584/MenKes/SK/VI/1995, tanggal 2 Juni  1995 tentang pembentukan SP3T (Sentra Pengkajian Penelitian Pendidikan Tradisional). 3)
SP3T adalah wadah atau laboratorium  yang mempunyai 3 fungsi utama yaitu:
  1. pengkajian/ penelitian/pengujian
  2. pendidikan, pelatihan
  3. pelayanan kesehatan
Pada pertemuan Nasional di Yokyakarta, Juni 2002 Dirjen Yanmed menyatakan bahwa: adanya sinergisme antara pengobatan konvensional dan non konvensional. Ternyata pernyataan ini tidak ditanggapi oleh para dokter bahkan dokter masih enggan untuk menuliskan R/ produk fitofarmaka yang telah disejajarkan dengan obat.
 Dari hasil pengamatan  di SP3T Rumah  Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2002 – 2003  sudah ada layanan Pengobatan Alternatif, tetapi hampir tidak ada dokter RSHS yang menulis R/ fitofarmaka dengan alasan tertentu. 3)
            Dari hasil pengamatan kami sangat sukar untuk menemui para pakar SP3T dan bila bertemu di suatu seminar ternyata kurang tanggap bila membicarakan tentang suatu penemuan. Sejak berdirinya SP3T dari tahun1995 – 2007 (!2 tahun) ternyata belum ada informasi bahwa telah membuat formula jamu yang dapat digunakan oleh masyarakat, apalagi mematenkan formula jamu. Sebenarnya Direktorat jenderal POM pernah menyusun Formula Obat Tradisional, tetapi sampai sekarang belum disosialisaikan.  
Demikian pula Departemen atau Direktorat atau Instansi  terkait sukar ijinnya untuk penelitian privat dengan kecendrungannya tidak diperbolehkan, meskipun hanya minta ijin untuk memberikan jamu untuk pasien tidak mampu dan ijin penelitian privat penggunaan jamu di pelayanan kesehatan. Pada hal peraturannya sudah jelas , jamu boleh diberikan pada pasien di pelayanan kesehatan.
            Pada awal tahun 2003 terjadi epedemi penyakit demam berdarah yang parah, kami mengirim ke suatu RSUD jamu Milliherb (Antiinfeksi & Skolaria) yang telah dipakai dokter dan pasien kami untuk mempercepat kesembuhan penyakit demam berdarah. Dokter Ketua Team menerima obat herbal ini untuk dibicarakan di Team kerja ternyata para dokter tidak mau menggunakan obat tersebut. Tetapi karena dokter ketua team telah membuktikan khasiatnya, beliau  minta ijin untuk diberikan ke pasien yang tidak mampu.       
Peraturan pemerintah untuk industri obat tradisional (OT) baik di Indonesia ataupun China boleh menambahi Vitamin ke jamu. Peraturan tersebut disalah gunakan oleh industri OT yang tidak bertanggung jawab untuk menambahi obat kimia dengan dosis tinggi agar khasiatnya lekas terlihat (cespleng) tetapi beracun, sehingga pemerintah pada awal tahun 2007 menarik 93 jenis jamu yang mengandung bahan kimia. Peraturan tersebut irasional karena tanaman  sudah mempunyai vitamin yang diperlukan oleh tubuh.
            Untuk meningkatkan penggunaan obat herba oleh dokter seharusnya peraturan perundangan diubah penggunaan OT secara aktif. Mulai saat ini pemerintah membuat peraturan tentang    memasukan kurikulum obat tradisional ke dalam pendidikan dokter dan para medis. Untuk merubah prilaku dokter dan tenaga medis lainnya saja memerlukan sekitar 2 dasawarsa. Kapan obat tradisional masuk pelayanan kesehatan formal?

Pengertian dan Khasiat Obat Tradional
             Menurut peraturan perundangan produk obat tradisional yang beredar dibagi dalam:
  1. jamu adalah produk yang terdiri dari satu jenis herba atau racikan herba yang secara empiris atau turun-temurun telah digunakan sebagai jamu.
  2. ekstra tersetandar adalah produk ekstrak yang terdiri satu jenis atau racikan herba yang telah dilakukan standarisasi dan  uji pra klinik
  3. fitofarmaka adalah produk ekstrak yang terdiri satu jenis atau racikakan herba yang telah dilakukan standarisai, uji pra klinik dan uji klinik.
Ditinjau dari dasar penggunaan OT oleh masyararakat, mereka mempunyai tujuan dan secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 kelompok (Depkes, 2000) 3)
       kelompok 1: promotif, memelihara/ menjaga kebugaran jasmani (kesehatan).
       Kelompok 2: prefentif, mencegah penyakit.
       Kelompok 3:kuratif, upaya pengobatan penyakit, baik pengobatan sendiri maupun untuk pengbatan orang lain sebagai pengganti atau mendampingi penggunaan obat modern.
       Kelompok 4 : rehabilitasi, untuk pemulihan kesehatan.
Masyarakat di Indonesia yang umumnya tidak berbeda dengan masyarakat di manca negara mempunyai kecendrugan untuk menggunakan  jamu setempat. OT yang digunakan pada pelayanan formal (yankes formal) terlebih dahulu harus dilakukan uji klinik. Pernyataan  tersbut di atas mementahkan peraturan penggunaan OT  boleh digunakan, karena biaya uji klinik OT atau produk fitofarmaka sangat mahal sehingga penggunaan OT di pelayanan kesehatan tidak mungkin dilakukan.
Sejak tahun 1992 dicanangkan penggunaan OT sampai tahun 2007 (15 tahun) pada tahun 2006 ada 2 fitofarmaka ekstrak apii, dan ekstrak ortosiphon untuk hipertensi sudah masuk DOEN atau masuk pelayanan kesehatan. Dinyatakan obat OT masuk pelayanyan kesehatan formal adalah bila tersedia sejumlah obat OT sesua dengan pola penyakit.   Hanya ada 6 jenis produk fitofarmaka yang dihasilkan oleh industri OT  dan tidak laku. Maka timbul pertanyaan kapan OT akan digunakan di pelayanan kesehatan formal ?, karena hanya ada 2 produk OT dan untuk penyakit hipertensi. Insya Allah sampai akhir jamanpun obat  OT tidak akan digunakan di pelayanan kesehatan formal.
Sejak tahun 1955 di RRT (China) mencanangkan penggunaan obat OT di pelayanan Kesehatan forma. Kebijakan ini diikuti dengan  pengembagan formula OT Nasional dan formula OT setempat yang telah digunakan secara turun temurun boleh  digunakan di puskesmas, dan setiap RSU OT ditambah dari formula hasil penelitian  RSU setempat sehingga setiap RSU mempunyai keahlian yang berbeda.
Sedangkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) membantu mempromosikan penggunaan obat tradisional setempat (Afrika) untuk penanggulangan AIDS. Kapan Indonesia untuk melakukan pengembangan penggunaan jamu untuk penyakit yang sukar obatnya dan pelayanan kesehatan formal?  Ternyata pemerintah berperan ganda dalam penggunaan OT dalam satu sisi peraturan mendukung penggunaan OT tetapi dibatasi peraturan lain yang tidak akan tercapai oleh produsen OT.maupun penemu formula OT. Dengan kata lain “tidak mungkin obat OT masuk di pelayanan kesehatan formal”, bila kebijakan dan peraturan-perundangan  pemerintah tidak dikembangkan .

Pengertian Khasiat OT  dan efek samping
            Khasiat produk OT mengandung 1 jenis herba yang menyatakan dapat menyembuhkan segala macam penyakit itu hanyalah mitos, karena secara empiris tidak ada racikan dari 1 jenis herba yang dapat menyembuhkan penyakit, kecuali yang sudah diisolasi diambil zat aktifnya seperti kina. Nenek moyang kita selalu membuat racikan atau formula dari beberapa jenis herba untuk penyakit tertentu, berarti satu jenis jamu hanya untuk satu penyakit atau penyakit yang berhubungan. Misal jamu untuk hipertensi dapat pula menurunkan  kolesterol dan trigliserida (lipid). Jamu tersebut dapat digunakan untuk penyakit lain tetapi penyembuhan lebih lama.  Di bawah ini di paparakan definisi khasiat OT berdasarkan klasifikasi produk beredar (ijin edar) seperti tersebut di bawah ini:
  1. Jamu  adalah produk yang terdiri dari satu jenis herba atau racikan herba yang secara empiris atau turun-temurun telah digunakan sebagai jamu. Tetapi kalau hanya satu jenis tanaman digunakan tidak akan bermanfaat, karena dosisnya sangat besar. Misal seperti Temulawak produk unggulan pemerintah, menurut Shoba-G,dkk (1998 – 1999) bila temulawak diminum 2g/kg tikus setara kurang lebih 100 g/50kg berat badan tidak ada manfaatnya karena zat aktif temulawak  larut dalam lemak dan hanya 2 % yang larut dalam air. Tetapi dapat dibuktikan bila ditambah cabe jawa/ lada 20mg/kg bioavalabillity selama 1jam pertama meningkat sampai 2000 % dan 1 jam berikutnya turun menjadi 154 %. Penambahan piperin/cabe jawa tidak menimbulkan efek samping tehadap manusia. Dengan kata lain piperin dapat menurunkan dosis 20 kali lebih kecil semua jenis famili zingiberaceae (puyang). 4) Hal ini ternyata dapat dibuktikan oleh racikan/formula jamu nenek moyang kita (Jawa) dengan jamu cabe puyang. Kesimpulan formula jamu maupun ekstrak terstandar, dan fitofarmaka tidak bisa  terdiri satu jenis herba karena dosis akan terlalu besar dan dapat menimbulkan keracunan dalam dosis tinggi.
  2. Ekstra tersetandar adalah produk ekstrak terstandar yang terdiri dari satu jenis tanaman atau racikan herba yang telah dilakukan standarisasi dan  uji pra klinik. Hasil pra klinik dari 1 jenis herba tidak berarti apa-apa bila tidak menggunakan dosis yang tepat. Meskipun telah mengandung banyak senyawa yang dapat mencegah bermacam-macam penyakit. Menurut Wattenberg-LW (1990)  menyatakan bahwa ektrak bawang putih mengandung senyawa yang dapat mencegah pertumbuhan kanker. Ternyata setelah diuji coba oleh Unnikrishnan-MC (1990) memberikan ekstrak bawang putih dengan dosis setara dosis letal/ dosis kematian 50 mg/ kg pada tikus atau 2.500 mg/ 50 kg setara dengan 25 g, bawang putih diberikan ke tikus selama 14 hari ternyata tidak berkhasiat untuk mencegah tumor hanya dapat menurunkan lipid. 5) Meskipun dapat mencegah tumor akan menimbulkan efek samping yang parah bahkan dapat menimbukan kematian karena dosis yang digunakan dosis letal
  3. Fitofarmaka adalah produk ekstrak terdiri dari satu jenis tananaman atau racikan herba yang telah dilakukan standarisasi, uji pra klinik dan uji klinik. Hasil pra klinik dan klinik dari 1 jenis herba tidak berarti apa-apa bila tidak menggunakan dosis yang tepat. Meskipun telah mengandung banyak senyawa yang dapat mencegah bermacam-macam penyakit. Contoh glinco biloba (LD50oral pada mencit 7,7 g/kg) dengan dosis lazim 120 mg ekstrak setara dengan 4 – 8 g daun kering dilakukan uji klinik ternyata terlihat bahwa dengan pemberian dosis berkisar antara 112 – 160 mg untuk beberapa gangguan otak waktu pengobatan baru terlihat hasilnya setelah  2 bulan – 13 bulan dengan rerata keberhasilan  sebesar 46 %. Sebagian besar pengobat di China, India, Amerika, dan Eropa menggunakan racikan/formuala jamu untuk mengobati pasiennya. Bila menggunakan fitofarmakan pada umumnya  menggunakan racikan / formula 3 – 7  atau  lebih besar jenis ekstrak  terstandar dan telah diuji klinik untuk demam dan influenza menggunakan racikan/ formula, panax ginseng, astragalus membranaceus, crataegus spp fol., glincobiloba, picrorhiza kurnua, glycyrrhiza glabra, scutellaria balcalensis selama seminggu. 6)

Efek Samping dan Toksisitas
Mitos obat tradisional tidak mempunyai efek samping atau beracun? Mitos  jamu dapat mengendap di ginjal? Tanaman obat banyak yang sangat beracun, seperti opium, koka, ganja, jamur tahi sapi beracun dapat menimbulkan ketagihan  dan kerusakan moral. Bahkan banyak jenis jamur dan jenis tanaman lain yang sangat beracun, bahkan dapat menimbulkan kematian. Missal penggunaan jus rebung mentah dapat menimbulkan kematian karena mengandung HCN, rebung sebelum dibuat untuk sayur digodok dulu lalu dibuang airnya dan dicuci agar HCN menguap dan hilang.   Jamu mengendap di ginjal adalah merupakan mitos belaka, hasil pengobatan tradisional di RSU Dr Sutomo Surabaya ternyata keberhasilan pengobatan kelainan ginjal dan batu ginjal mencapai 40 %, dan tidak terlihat tanda-tanda kerusakn ginjal dan hati.. menurut hasil penelitan di Jepang menyatakan keuntungan menggunakan obat tradisional  untuk ginjal adalah diuretik tetapi tidak mengeluarkan mineral dan protein dari cairan tubuh.. 7)
Contoh tanaman obat/sayuran daun katuk dapat menimbulkan bronkholitis parah (kerusakan paru parah) yang iriversibel, pada tahun 1994 terjadi epidemik keracunan di Taiwan 44 0rang mengkonsumsi jus 150 g daun katuk mentah setiap hari selama 2 – 7 bulan  ternyata terjadi efek samping sukar tidur, tidak enak makan,dan sesak nafas. Gejala hilang setelah 40 – 44 hari berhenti mengkonsumsi daun katuk. Hasil biopsi dari 12 pasien terjadi bronkhiolitis obliterans. Dari hasil penelitian lain dari 178 penderita yang menggunakan jus 150 g/hari selama 7 – 24 bulan bila mentah yang keracunan 61 %, digoreng 17 %, campuran 21, dan digodok 2 %. Di Amerika , tahun 1995, mengkonsumsi daun katuk goreng, salah dan minuman daun katuk sebagai pengobatan obesitas ternyata dari 155 orang  berumur 22 -66 tahun penderita bronkhiotis dengan uji fungsi paru terlihat obstruksi sedang sampai parah dengan pengobata campuran kortikosteroid, brokhodilatasi, eritromisin dan zat imunosupresi hamper tidak berkhasiat, setelah 2 tahun berkembang jadi parah dan yang meninggal 6 orang.  8), 9), 10)
 Oleh karena pemerintah pada tahun 1995 telah mencanangkan  dan telah beredar produk ekstrak daun katuk tersetandar dan susu yan mengandung daun katuk untuk memperlancar air susu ibu. Pemerintah  harus mengadakan penelitian tentang efek samping daun katuk terhadap bayi yang menyusu ke pada ibu yang telah menggunakan produk daun katuk pelancar ASI. Hal ini telah diketahui oleh pemerintah pada tahun 1997 tetapi tidak ada tindakan yang berarti, bahkan tidak ada penelitian yang mengarah ke sana.
Kurang perhatian pemerintah juga terlihat terhadap peredaran produk OT yang banyak digunakan oleh masyarakat terhadap mahkota dewa herba beracun, banyak informasi masyarakat yang menyatakan bahwa setelah lama menggunakan mahkota dewa terasa  migraine terus-menerus, lemas dan lama-lama tidak dapat berjalan (menurut dokter tidak terjadi strok).

Dosis
Masalah terbesar adalah penetapan dosis untuk racikan jamu karena tidak ada teori yang dapat diacu untuk menentukan dosis lazim untuk menyembuhkan suatu penyakit. Pada umumnya di Indonesia, China, India, Amerika, dan Eropah menggunakan obat tradisional dalam bentuk racikan/ formula dan dosisnya ditetapkan berdasarkan pengalaman atau empiris dan dimasukkan ke dalam monografi Materia Medika, tetapi Indonesia belum memasukkan dosis herba ke dalam Materia Medika. Jamu racikan di China mempunyai dosis lazim setara dengan 3- 10 gram/hari herba kering  sehari 3 kali, bisa ditingkatkan dosisnya, untuk dekok dosis lebih tnggi karena diperkirakan ada senyawa yang kurang larut dalam air. Di negara Barat untuk dekok berdosis 3 – 12 gram/hari dan untuk ekstrak setara dengan 1 -10,8 gram/hari herba kering. Di Jerman  dosis lazim berkisar antar 2 – 10 gram/hari, missal ephedra berdosis 4 – 8 gram/hari.. Di India untuk tanaman obat  yang tidak beracun berkisar antara 1 – 6 gram/hari dalam bentuk serbuk atau tingtur, untuk dekok dosisnya lebih tinggi  7)
Jamu sedu yang beredar di Indonesia mempunyai dosis 7 gram herba kering, untuk dekok dosisnya lebih tinggi, digunakan seminggu 2 kali, racikan/formula terdiri dari 7 – 18 jenis herba.
Tabel 1 di bawah ini menjelaskan dosis lazim dari beberapa herba yang digunakan di luar negeri.

Tabel 1dosis lazim  dari beberapa herba di China dan Negara Barat 7)
Nama herba
Dosis g/hari
Ephedra sinica
Zingiber officinalis
Glycyrhiza uralensis
Rheum palmatum
Euphorbia hirta
Echinacea angustifolia
Hydrastis canadensis
3 – 9
3 – 9
3 – 12
3 – 6
1,8 -10,8
0,9 – 5,4
0,9 – 10,8

Dari hasil uji klinik ternyata dosis lazim yang digunakan tidak efektif atau tidak berkhasiat untuk penggunaan  1 jenis herba, missal  ekstrak glinkobiloba dengan dosis lazim 120 mg/hari setara dengan 6 gram/hari baru kelihatan hasilnya setelah 2 bulan dengan keberhasilan 60 %.
Oleh karena masalah dosis merupakan masalah utama dari efektifitas obat tradisional dan yakin bahwa semua penyakit ada obatnya. Kami mencoba meneliti pembuatan formula jamu MILLIHERB dan dipasarkan sejak tahun 1998. Milliherb berarti dengan dosis miligram herba kering sudah berkhasiat. Temuan tersebut bernama Proses Pembuatan Jamu Milliherb dan 5 Formula Jamu untuk kanker/tumor, analgetik, meningkatkan fungsi hati, fungsi ginjal, dan batuk/asma. dan telah dipatenkan oleh program Insentif Perolehan Paten Menteri Riset dan Tehnologi tahun 2004 dengan nomor pendaftara P00200400356 dan Formulasi 5 formula jamu Milliherb dengan nomor pendaftaran paten P00200500730. Dosis dapat diturunkan sampai 350 mg  - 500 mg kering, terdiri dari lebih besar dari 30 herba dari sayuran, rempah, dan tanaman obat yang tidak beracun..
 Hipotesis  cara kerja sinergistik karena formulasi terdiri dari banyak herba sehingga dosis menjadi sangat kecil sebagai aktif factor untuk meningkatkan keseimbangan tubuh. Menurut teori Dr. Ralp Heinicke peneliti dari Hawai menyatakan bahwa jus Pace mengan dung Xeronin. Xeronin adalah alkaloid yang sangat kecil dan sangat aktif dapat masuk ke sel untuk memperbaiki fungsi sel. Kemungkinan semua herba mengandung alkaloid yang sangan kecil dan aktif masuk ke dalam sel memperbaiki fungsi sel sesuai dengan khasiat empiriknya. 11)
Dari hasil pengamatan terhadap pasien selama 8 tahun, khasiat akan terlihat  setelah  untuk flu bila diminum setiap 3 jam sekali kapsul untuk batuk/asma dalam sehari mulai mereda sudah digunakan untuk pasien haji sewaktu di Madinah. Keeberhasilan jamu untuk fungsi ginjal dapat mengobati infeksi ginjal selam 3 – 5 hari, nefrotik sindrom atau ginjal bocor dalam 2 minggu – 4 minggu, gagal ginjal setiap 3 jam 1 kapsul dalam 6 – 12 bulan. Untuk gangguan hati, hepatitis A, B, C, setiap 3 jam 1 kapsul mulai terasa gejala mulai berkurang setelah 30 menit dan merasa sehat setelah 3 hari,  sebaiknya digunakan  selama 1 tahun dengan dosis diturunkan, untuk serosis dikombinasi dengan jamu untuk tumor. Jamu untuk tumor/kanker untuk tumor lebih kecil dari 8 cm selama 3 – 6 bulan, minum setiap 3 jam 1 kapsul, da beberapa pasien kanker paru, payudara dan servik yang dinyatakan sembuh tetapi sebaiknya gunakan jamu ini untuk selamanya untuk mencegah kekambuhan dan metastasis. Sediaan analgetik pada umumnya digunakan untuk rasa nyeri sendi urat kecepit, asam urat, keropos tulang, nyeri kanker dan digunakan penderita TBC tulang, Keberhasilan Insyah Allah lebih besar dari 90 %, kegagalan pada umumnya karena putus obat.

Prilaku Masyarakat terhadap Pengobatan Tradisional
            Seringkali masyarakat mencari pengobatan ke orang pinter (pengobat), pengobatan tradisional lain, jamu yang beredar, dan atau tanaman obat yang sedang booming, food suplemen untuk pengobatan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Orang pinter menurut penilaian masyarakat terdiri bebrapa macam: penipu, spiritual, dan mistik. paparan tersebut dibawah ini merupakan panduan bagi masyakat untuk memilih pengobat yang benar dan obat yang berkhasiat..
Pengobat bertujuan menipu pada umumya menggunakan pasien bohongan yang seolah-olah sembuh sesudah diobati dan menyebarkan ke semua lapisan masyarakat, karena pengaruh keyakinan seolah-olah penyakitnya berkurang. Bahayanya : bila penyakitnya berlanjut akan sukar disembuhkan, yang lebih bahaya lagi bila menggunakan obat tradisional yang beracun missal menggunakan rebung bambu kuning mentah untuk sakit kuning dapat menimbulkan kematian, karena rebung mengandung HCN. HCN dalam rebung dapat  hilang dengan direbus terlebih dulu, hal tersebut pernah terjadi pada seseorang yang kami ketahui.
Pengobatan spiritual yang benar Insya Allah dapat menyembuhkan, akan tetapi masyarakat harus hati-hati dengan pengobatan irasional misalnya penyakit dipindahkan kedalam hewan telor dan lain-lain yang tidak ada tuntunan dalam Hadis Nabi dan Al’Quran  bagi orang Islam jangan dipercaya. Bila diberi obat tradisional tanyakan isinya dan bila isinya tidak biasa digunakan untuk jamu jangan diminum. Bila tidak diberi tahu isinya jangan dibeli atau jangan diminum.
Pengobatan secara mistik jangan didekati karena hal tersebut dilarang oleh agama Islam atau dosa musrik.
Pengobatan tradisional lain missal pijat, pijat refleksi, pengobatan tradisional lain bila diberi obat tradisional tanyakan isinya dan bila isinya tidak biasa digunakan untuk jamu jangan diminum. Bila tidak diberi tahu isinya jangan dibeli atau jangan diminum.. Pilihlah pengobat yang berijasah atau dicoba bila dirasakan kurang bermanfaat hentikan.
Jangan gunakan jamu yang beredar dari pabrik sudah terkenal dan cespleng, karena banyak jamu yang ditambah obat kimia dapat menimbulkan keracunan. Jangan gunakan tanaman obat atau produk minyak dan food suplemen yang sedang booming bila belum mengerti benar tentang dosis lazimnya. Perhatian tidak mungkin satu macam tanaman untuk segala macam penyakit!. Contoh mahkota dewa sangat beracun LD50 daging buah 38,5 mg/kg mencit dosis tidak beracun sekitar satu iris kecil daging buah. Mengapa harus memilih tanaman yang beracun yang tidak beracun masih banyak. Dari hasil penelitian daun serai, kunir, bengle, lengkuas, kencur, jahe, cengkeh, baik untuk kanker dan penyakit lainnya.
Minyak,  Virgin Oil untuk pengobatan beraneka penyakit masih jadi pertanyaan, tetapi yang jelas kebutuhan tubuh akan minyak hanya 7 gram atau 1 sendok makan bila berlebihan akan terjadi kelebihan lemak, bila masih percaya disarankan  minum 1 kali sehari 1 sendok teh,  karena di pertimbangan sudah mengkonsumsi lemak dari makanan. Demikian pula untuk buah merah, karena buah merah mengandung vitamin A dan E sangat tinggi bila berlebihan akan terjadi keracunan.
Food suplemen yang dari luar negeri berharga mahal, sekitar tahun 2005 pemerintah pernah menarik 127 jenis food suplemen luar negeri karena di luar negeri menyebabkan keracunan. Tetapi dewasa ini produk tersebut telah beredar lagi. Mengapa timbul keracunan? Karena dosisnya terlalu tinggi, pada umumnya food suplemen menggunakan dosis tinggi dan terus menerus karena hasilnya sangat pelan. Mengapa harus memilih yang mahal, bila anda ingin  sehat makan saja buah setiap hari, berpikiran positif,  dan olah raga. Insya Allah selalu sehat.
Food suplemen ala Indonesia, berkhasiat  dan murah: Buat minuman jahe,  daun melati 5 lembar, kunir, sereh 3 pohon, cengkeh 15 biji, kencur, lengkuas, kayu manis, gula merah  dengan air 6 gelas didihkan  selama 30 menit  dinginkan saring masukkan ke dalam botol simpan di lemari pendingin minum pagi dan sore ½ cangkir untuk mencegah berbagai penyakit dan pegel linu.
Bagi pasien yan pas-pasan jangan datang ke pengobat herbalis meskipun ahli yang berharga mahal karena tidak akan tuntas pegobatannya. Missal pengobatan kanker membutukan waktu lama kalau tidak tuntas dapat kambuh lagi. Karena pada umumnya mereka memberi tariff sangat tinggi untuk paket pengobatan 1 bulan berkisar antara Rp 1 juta – Rp 25 juta.
Bila dokter menyatakan bahwa jamu dapat mengendap di ginjal atau merusak hati itu hanya mitos saja. Keberhasilan obat tradisional untuk menyembuhkan gangguan ginjal lebih besar dibandngkan obat modern, karena obat tradisional sebagai diuretic tetapi tidak mengeluarkan mineral dan protein. Sedangkan obat modern sebagai diuretic dengan mengeluarkan mineral dan protein. Semua pakar dunia percaya bahwa  ramuan obat tradisional dapat menyembuhkan penyakit hanya belum ada yang menemukan formula yang tepat. Kedudukan obat modern sama dengan obat tradisional.
Insya Allah Jamu Milliherbs berdosis kecil 350 mg – 500 mg herba kering, bekerja setelah 30 menit. Keberhasilan lebih besar dari 90 %, mempunyai 32 jenis produk, jadi dapat dipilih jenis obat sesuai dengan penyakit. Telah digunakan beberapa dokter, dokter spesialis, pengobat, bantuan obat untuk bencana, dan yayasan pembinaan pasien  lepra.

Harapan Pembinaan Pemerintah
            Proses Pembuatan dan pemanfaatan 5 formula jamu Milliherb dan Formulasi 5 formula jamu MIlliherb, kedua temuan tersebut  memperoleh Insentif Perolehan  Paten program dari Menteri Negara Riset dan Tehnologi tahun 2004 dan 2005 dengan nomor pendaftaran paten P00200400356 dan P00200500730.
            Kami sedang mengajukan ijin Industri Kecil Obat Tradisional, tetapi karena keterbatasan dana dan birokrasi sampai sekarang belum selesai.
            Obat Milliherbs banyak digunakan oleh masyarakat, karena sejat tahun 2004 - 2006 diberi fasiltas oleh Menteri Negara Riset dan Tehnologi untuk mengikuti pameran baik Nasional maupun Internasional.
             Sejak 4 bulan terakhir obat untuk lepra digunakan oleh Yayasan Pembinaan Penderita lepra. Mereka menyatakan bahwa obat tersebut dapat menyembuhkan luka lepra yang sukar sembuh.  Ada 8 jenis obat yang setiap ada bencana dikirimkan ke daerah bencana.
Insya Allah Jamu Milliherp dapat menyembuhkan penyakit yang belum dapat disembuhkan oleh obat modern. Missal menemuan terbaru kami adalah jamu dilarutkan ke dalam kokomiristin. Kokomiristin adalah suatu proses pembuatan untuk mengubah trigleserida minyak kelapa  dirubah menjadi triglesrida miristin (pala) di luar negeri terkenal dengan nama trimiristin. Kadar trimiristin dalam kokomiristin tidak dapat diukur karena Indonesia belum punya bahan baku standarnya. Trimiristin adalah trigliserida berantai C lebih panjang dinyatakan penyerapan lebih cepat sampai menembus mukosa, oleh karena itu digunakan sebagai bahan kosmetik sebagai pemutih dan pelembab. Ternyata hal tersebut benar misalnya kokomiristin dapat menghilangkan sakit gigi dan pembengkakan dalam 5 menit, dapat digunakan untuk mengobati penyakit virus seperti, penderita demanm berdarah 3 kali 3 tetes tetapi harus diikuti minum yang banyak lemas tetapi dapat masuk sekolah, untuk herpes tidak terjadi infeksi sekunder, dapat menyembuhkan luka kanker dan lain-lain.
Mohon perhatian  dan bantuan pemerintah untuk mesosialisaikan jamu Milliherb, karena jamu ini sangat berhasiat.

Kesimpulan
Peraturan-perundangan obat tradisional yang kurang menunjang di Indonesia diperkirakan sampai akhir jamanpun tidak mungkin bisa jamu masuk pelayanan kesehatan formal. Untuk memenuhi ajakan pemerintah agar jamu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu di negara lain. Peran serta pemerintah merupakan strategi utama untuk mempromosikan jamu Indonesia. Langkah-langkah yang harus dilakukan meningkatkan peraturan- perundangan obat tradisional, mengubah prilaku masyarakat tentang obat tradisional, memasukan kurikulum obat tradisional ke dalam pendidikan tenaga kesehatan.
Milliherb adalah racikan/formula jamu yang berdosis  350 mg – 500 mg herba kering, sudah terlihat khasiatnya setelah minum 15 - 30 menit dan mempunyai 32 jenis produk, jadi ada pilihan obat untuk setiap jenis penyakit. Keberhasilan lebih besar dari 90 %, kegalan pengobatan karena putus obat untuk penyakit kronis dan degeneratif..

Daftar Pustaka
  1. Bawa N.S., 2004 Prospek Pengembangan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Indonesia, Seminar Nasional TOI XXV, Tawangmangu.
  2. ASPAN R., 2004 Pengembangan Obat Bahan Alam Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Seminar Nasional TOI XXV, Tawangmangu.
  3. Sujitno M., 2004, Gambaran Uji KlinikObat Tradisionalyang Baik, Seminar nasional TOI XXV, Tawangmangu
  4. Shoba G. dkk, 1998, Influence of piperin the pharmacokinetic of curcumin in animals and humans volunteers, Health Star, 1998 – 1999
  5. Unnikrishnan MC, dkk, 1990, Chemoprotection of garlic extrct toward cyclophosphamid Toxicity in mice Medline (R).
  6. MillG. &Bone K., 2000, Principle and practices of Phytotherapy Modern Herbal Medicine, Churchill Livingstone, Edenbeerg.
  7. Azis S., 2006, Pembuktan bahwa Khasiat Sedian Jamu Milliherb Setara dengan Obat Modern Berdasarkan Uji Kasus, Kesehatan Masyarakat, Volume 73, Jakarta.
  8. Azis S., 2006, Studi Manfaat Daun Katuk (Sauropus androgynous), Cermin Dunia Kedokteran, nomor 151, Jakarta
  9. Lung Transplantation in Bronchiolitis Obliterans Associated with vegetable comsumpsion (research letter), 1998, Lancet Website.
  10. Azis S. 2003, Sauropus Blume, Procea, Plant Resources of South Easth Asia 12, (3) Medicional and Poisonous Plant 3, Backhuys Publisher, Leiden, page 365.
  11. Azis S. 2004, Proses Pembuatan dan Pemanfaatan 5 Formula Jamu Millherb, nomor Pendaftaran paten P00200400356.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar