Sabtu, 30 April 2011

UJI KLINIK JAMU MILLIHERBS MENJANJIKAN DAN MEMBUKA KESEMPATAN MEMPEROLEH HADIAH NOBEL


UJI KLINIK JAMU MILLIHERBS MENJANJIKAN DAN MEMBUKA KESEMPATAN MEMPEROLEH HADIAH NOBEL
Sriana Azis
Abstrak
Dewasa ini telah ditemukan sediaan herbal berdosis kecil jamu MILLIHERBS ditemukan oleh Sriana Azis Apt dengan nomor pendaftaran paten P.00200400356 dan P00200500730 dan sudah didaftarkan ke Departemen Kesehatan. Penemuan ini berdasarkan filosofi semua penyakit ada obatnya, tetapi belum ditemukan formula yang tepat. Cara kerja berdasarkan sinergistik dari  campuran lebih besar dari 30 herba, kebutuhan tubuh terhadap obat adalah sangat kecil dan aktif faktor untuk meningkatkan keseimbangan tubuh.. Milliherbs berarti dengan 350 mg – 500 mg herba telah dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit spesifik. Sebagai antifirus lebih baik dibandingkan sebagai anti infeksi, tetapi dapat menyembuhkan penyakit tbc atau lepra yang sudah resiten dengan obat modern. Insya Allah keberhasilan lebih besar dari 90 %, keggalan disebabkan karena putus obat.

Masalah: ketidak percayaan bahwa jamu tdak dapat menyembuhkan karena menurut para pakar pengobatan atau para dokter menyatakan bahwa obat tradisional atau jamu dapat menyembuhkan penyakit karena adanya efek placebo atau efek psikologis.
Pertanyaan penelitian: Apakah bisa jamu menyembuhkan penyakit ? Apakah bisa jamu mendapatkan hadiah Nobel?
Dari hasil penelitian uji kasus jamu Milliherbs selama 9 tahun  uji klinik jamu Milliherbs murah, alami, menjanjikan dan berpeluang untuk mendapatkan Hadiah Nobel

Kata kunci: jamu, menjanjikan, hadiah Nobel













Pendahuluan
Judul UJI KLINIK JAMU MILLIHERBSMENJANJIKAN DAN PEMBUKA KESEMPATAN MEMPEROLEH HADIAH NOBEL akan mengagetkan para pakar pengobatan dan farmasi. Hal ini sangat memungkinkan terjadi karena penggunaan vitamin B1 dari kulit ari beras (obat tradisional) dapat menyembuhkan penyakit beri-beri oleh Proff. Ighmann dapat memperoleh hadiah nobel.
Industri obat tradisional di Indonesia, telah mengalami kemajuan pesat baik dari segi produksi maupun pemasarannya. Hingga akhir tahun 2003 telah terdapat 1.012 industri obat tradisional yang memiliki izin usaha industri, terdiri dari 105 industri berskala besar  dan 907 industri kecil. 2)
Kalau dilihat dari ekspor tanaman obat/obat herbal, maka Cina masih merupakan negara pengekspor terbesar disusul oleh Amerika (USA) dan India. Ironis sekali, Indonesia yang merupakan negara ke dua setelah Brasil berada pada posisi ke 19 dan ke 21 pada tahun 1999.  Pada  tahun 2002 posisi ekspor turun menjadi ke 31, I ndonesia tertingal jauh bila dibandingkan Singapura menduduki posisi 8 pada tahun 1999 dan pada posisi 5 pada tahun 2002, meskipun Singapura boleh dikatakan tidak mempunyai sumber alam. 1)
            Kecendrungan ini meningkat disebabkan oleh perubahan lingkungan hidup, perilaku manusia, perkembangan pola penyakit, obat modern tidak dapat meyembuhkan sebagian besar (70 %) penyakit, terutama penyakit bawahan, kronis , degeneratif, virus dan kanker, serta adanya efek samping obat kimia.         
             Oleh karena itu sangat diperlukan penelitian untuk mengembangkan peraturan perundangan obat tradisional dan penemuan racikan/formula obat herbal berkhasiat untuk penyakit tertentu agar dapat jamu masuk pelayanan kesehatan formal.  Hal ini untuk memenuhi selogan pemerintah jamu menjadi tuan rumah di Indonesia dan tamu di negara lain.
Sedangkan sistem pengobatan Indonesia berdasarkan data empiris terkenal dengan jamu. Jamu adalah ramuan beberapa jenis tanaman untuk mengobati, mencegah penyakit, dan promotif. Karena strategi pengembangan obat herbal dengan pendekatan azas manfaat, ekonomi, dan legalitas bukan untuk pelayanan kesehatan. Oleh karena itu obat herbal berkembang sangat lambat terutama untuk perkembangan fitofarmaka dan jamu untuk suatu penyakit tertentu. Tetapi untuk jamu untuk promotif berkembang lebih cepat, tetapi sayang kecendrungan menggunakan bahan baku dari luar negeri lebih meluas. Missal menggunakan glinkobiloba dan echinase yang dapat diganti dengan meniran, pegagan dan bunga teleng. Sehingga banyak sediaan tradisional yang dipatenkan di luar negeri seperti Xenac untuk nyeri adalah campuran jahe dan lengkuas, Tumeric untuk kanker diisolasi dari kunir. Demikian pula peraturan perundangan tentang obat tradisional digunakan di pelayanan kesehatan formal dibatasi hanya fitofarmaka. Sedangkan perkembangan produk fitofarmaka di Indonesia sangat lambat pada tahun 2005 baru dua ekstrak kumis kucing dan seledri untuk penyakit hipertensi yang masuk DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional) dan ada 6 sediaan fitofarmaka, oleh karena itu diperkirakan sampai akhir jamanpun jamu tidak dapat masuk dalam pelayanan kesehatan formal.
 Dewasa ini telah ditemukan sediaan herbal berdosis kecil jamu MILLIHERBS ditemukan oleh Sriana Azis Apt dengan nomor pendaftaran paten P.00200400356 dan P00200500730. Penemuan ini berdasarkan filosofi semua penyakit ada obatnya, tetapi belum ditemukan formula yang tepat. Cara kerja berdasarkan sinergistik dari  campuran lebih besar dari 30 herba, kebutuhan tubuh terhadap obat adalah sangat kecil dan aktif faktor untuk meningkatkan keseimbangan tubuh.. Milliherbs berarti dengan 350 mg – 500 mg herba telah dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit spesifik. Sebagai antifirus lebih baik dibandingkan sebagai anti infeksi, tetapi dapat menyembuhkan penyakit tbc atau lepra yang sudah resiten dengan obat modern. Insya Allah keberhasilan lebih besar dari 90 %, keggalan disebabkan karena putus obat.
Masalah: ketidak percayaan bahwa jamu tdak dapat menyembuhkan karena menurut para pakar pengobatan atau para dokter menyatakan bahwa obat tradisional atau jamu dapat menyembuhkan penyakit karena adanya efek placebo atau efek psikologis.
Pertanyaan penelitian: Apakah bisa jamu menyembuhkan penyakit ? Apakah bisa jamu mendapatkan hadiah Nobel?
Dari hasil penelitian uji kasus jamu Milliherbs selama 9 tahun  uji klinik jamu Milliherbs murah, alami, menjanjikan dan berpeluang untuk mendapatkan Hadiah Nobel



Masalah Utama Ketidak percayaan terhadap Obat Tradisional/Jamu
Masalah utama ketidak percayaan bahwa obat tradisional tidak dapat menyembuhkan karena menurut para pakar pengobatan (dokter) bahwa obat tradisional hanya dapat menyembuhkan secara psikologis atau efek plasebo saja. Pernyataan ini disebabkan karena:
  1. Dasar pengobatan modern menggunakan satu bahan aktif untuk digunakan penyakit tertentu. Sebenarnya bahan baku obat adalah hasil isolasi dari salah satu tanaman misal kina, kemudian diteliti cara membuat secara sintetik dan turunannya sehingga dapat membuat secara masal dengan harga murah. Penelitian uji klinik obat baru sangat panjang dan mahal, hal ini mengakibatkan obat.mahal.
  2. Promosi obat modern sangat gencar dan menggunakan dana sangat besar sekitar 50 – 80 % untuk meyakinkan dokter dengan segala cara.
  3. .Pendidikan kedokteran  tidak diperkenalkan pengobatan menggunakan obat tradisional.
  4. Para pakar kedokteran lupa bahwa obat modern hanya dapat menyembukan 30 % dari penyakit yang ada di alam raya ini.
  5. Para dokter lupa bahwa Insya Allah semua penyakit ada obatnya, hanya manusia belum menemukan formula obat modern ataupun obat tradisional yang tepat.

Kelemahan obat tradisional meliputi:
  1. Peraturan pemerintah tentang obat tradisional adalah toleransi, artinya obat tradisional boleh digunakan tetapi tidak dianjurkan. Pada registrasi obat tradisional meskipun diperbolehkan menulis Kegunaan obat tradisional obat: Secara tradisional digunakan untuk mengobati tetapi kenyataannya dituliskan membantu/memelihara. Hal ini menimbulkan ketidak percayaan masyarakat terhadap obat tradisional.
  2. Para dokter kerap kali menyatakan bahwa jamu dapat mengendap di ginjal dan merusak hati. Hal tersebut hanya mitos, karena penelitian di RSU Dr Sutomo di klinik pengobatan tradisional menyatakan bahwa keberhasilan untuk pengobatan batu ginjal dan fungsi ginjal terberbesar adalah 40 % dan tidak ada tanda-tanda kerusakan ginjal dan hati. Peneliti dari Jepang menyatakan bahwa keuntungan penggunaan obat tradisional terhadap penderita gangguan fungsi ginjal adalah sebagai diuritik tetapi tidak mengeluarkan mineral dan protein, hal ini menjadi masalah karena obat diuretik modern selalu mengeluarkan mineral dan protein sehingga penyakitnya selalu kambuh.
  3. Belum ada formulasi yang tepat obat tradisional yang beredar untuk penyakit tertentu/ spesifik. Ada beberapa sediaan fitofarmaka yang beredar di Indonesia tetapi penjualannya kurang berhasil. Hal ini maslahnya karena penetapan  dosis yang kurang tepat dan formulasi yang kurang tepat sehingga. Dosisnya terlalu kecil untuk mengobati suatu penyakit tertentu
  4. Dari pengalaman kami sebagai inventor jamu Milliherbs no paten P00200400356, dosis obat tradisional dapat dikecilkan sampai 500 kali lebih kecil dengan campuran lebih besar dari 30 jenis sayuran, rempah dan tanaman obat yang tidak beracun. Dosis lazim untuk pengobatan sehari 3 kali 500 mg herba kering dan mempunyai 37 sediaan untuk penyakit spesifik. Dalam uji kasus selama 9 tahun keberhasilannya lebih besar dari 90 %, serta ketidak berhasilan disebabkan karena putus obat.

Pandangan masyarakat terhadap pengobatan alternatif
  1. Pada umumnya masyarakan mencari pengobatan pada orang pinter dan obatnya pada umumnya katanya bedasarkan wangsit sehingga kesembuhan psikologis dan beberapa waktu kemudian timbul lagi dan lebih parah. Bahayanya bila obatnya menggunakan herba beracun seperti rebung mentah dapat mematikan karena mengandung sianida (HCN). Rebung seharusnya digodok dulu dan airnya dibuang, dicuci  baru dimasak.
  2. Mitos jamu dapat mengendap di ginjal sudah mengendap dipikiran masyarakat luas terutama masyarakat menengah keatas, sehingga mereka takut untuk mencoba jamu.
  3. Masyarakat menengah ke atas lebih mempercayai suplemen dari luar negeri atau jamu dari Cina dibandingkan jamu dari Indonesia, meskipun harganya sangat mahal dan khasiatnya dipertanyakan.
  4. Masyarakat luas menganggap pengobatan alternative dapat mengobati secara cepat dan cespleng. Dari pengamatan uji kasus kami, penderita penyakit kronis bila tidak sembuh selama 15 hari sudah protes dan ada yang putus obat. Sebenarnya pengobatan untuk penyakit kronis adalah untuk selamanya. Oleh karena itu penderita penyakit kronis sering kali menggunakan jamu yang mengandung bahan kimia (kortikosteroid) seolah-olah sembuh, tetapi menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan.
  5. Masyarakat sering latah menggunakan herba beracun yang banyak digunakan dan pemerintah kurang tanggap untuk meneliti effek samping herba yang sedang naik daun.dan menetapkan dosisnya. Misal pada jaman dulu komfre digunakan sedunia setelah diteliti  ternyata beracun, pada saat ini mahkota dewa dengan dosis lazim 67 % dari Ld 50, jadi kalau minum 3 kali sehari kira-kira 200% dari Ld 50. Ld 50 tikus  artinya lethal doses 50 % artinya bila dosis tersebut diberikan ke tikus 50 % tikus mati.  Penggunaan daun katuk untuk pelancar ASI harus dipertanyakan karena di Taiwan dan Amerika terjadi epidemic keracunan jus daun katuk menimbulkan bronkiolitis yang parah.
  6. Para Industriawan obat tradisional latah menggunakan herba dari luar negeri (glinkobiloba, echynase) karena pangsa pasarnya tinggi dibandingkan tanaman obat Indonesia. Patikan kebo (asma) dan pegagan (tonik otak) telah digunakan sebagai fitofarmaka di luar negeri.

Pemikiran Obat Tradisional/Jamu
Elemen pemikiran obat tradisional adalah setara dengan kejadian alam. Sistem pengobatan tradisional herbal meliputi:
  1. Pengobatan tradisional terutama ditekankan untuk ketidak seimbangan dalam tubuh dibandingkan untuk menghilangkan gejala.
  2. Instrument modern tentang keseimbangan tubuh terdiri dari keadaan iklim dan emosional atau yin/yang yang dikenal banyak orang..
  3. Ketidak seimbangan dalam tubuh menurut herbalis adalah ketidak seimbangan cairan dalam tubuh termasuk cairan darah sehingga dapat menyebabkan tubuh menjadi tidak sehat  atau menurut ilmu modern biologi molekuler. Dibuktikan oleh Dr. Ralpph Heinicke (1995) peneliti dari Hawai jus pace mengandung aklaoid yang relatif kecil (pro-seronin) dan sangat aktif masuk dalam sel untuk memperbaiki fungsi sel.
  4. Sistem pengotan tradisional diperkirakan sebagai effek placebo atau efek pada proses penyesuaian, karena  efek penyembuhan  belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu menghambat kepercayaan dokter terhadap obat tradisional.
  5. Jamu Milliherbs menganut sifat sinergistik campuran herba lebih besar dari 30 jenis herba dapat menurunkan dosis sampai 350 mg – 500 mg herba dan dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Teori ini dapat menyangkal teori nomor lempat. Dari uji kasus penelitian jamu Milliherbs ternyata pengobatan untuk penyakit kronis, kanker, degeneratif, anti virus dan penyakit yang belum ada obatnya jamu lebih baik dari pengobatan modern.
  6. Obat tradisional bisa dikombinasi dengan obat modern.








JAMU MILLLIHERBS
Invensi uji klinik jamu Milliherbs dapat membuka kesempatan untuk memperoleh hadiah Nobel
Jamu Milliherbs adalah proses dan pemanfaatan jamu Milliherbs invensi Sriana Azis Apt. (P00200400356). Hipotesis Jamu Milliherbs adalah dengan dosis sehari 3 kali 500 g herba kering sudah dapat menggobati suatu penyakit tertentu. Tidak mungkin satu macam obat dapat menyembuhkan segala macam penyakit.  Dasar kerja jamu milliherbs adalah sinergistik dan sebagai aktif factor untuk meningkat keseimbangan fungsi tubuh. Dasar kerja ini berdasarkan “makan empat sehat, lima sempurna”atau  kebutuhan tubuh adalah aneka ragam makanan atau senyawa  dan saling meningkatkan khasiat untuk meningkatkan kesehatan.   Dari uji kasus keberhasilan  Jamu Milliherbs sampai lebih besar dari 90 % dan kegagalan disebabkan putus obat.
Jamu Milliherbs terdiri dari:
  1. Jamu Milliherbs campuran lebih besar dari 30 jenis sayuran, rempah dan tanaman obat Indonesia (TOI) berbentuk serbuk. Dosis menjadi kecil disebabkan kerjanya saling meningkatkan khasiat. Bukti sinergistik dari hasil penelitia preklinik temulawak tunggal tidak berkhasiat, karena zat aktif temulawak larut dalam lemak hanya 2 % larut dalam air, tetapi nenek moyang kita sangat pintar mencampur temulawak dengan cabe jawa ternyata cabe jawa dapat meningkatkan kelarutan temulawak dalam air sampai 2000 kali lipat pada jam pertama dan pada jam ke dua sudah turun. Dosis jamu Milliherbs hanya 500 mg herba kering, diseluruh dunia tidak ada jamu dengan dosis 500 mg sudah berkhasiat.
  2. Jamu Milliherbs berbentuk cairanatau minyak jamu dilarutkan kedalam kokotrimiristin. Kokomiristin adalah trigliserida dari minyak kelapa dirubah trimiristin (pala) menyadi kokotrimiristin dan jamu dilarutkan kedalamnya berkhasiat sebagai, antifirus, antiinfeksi, antiinflamasi, nyeri, demam, antiradang dengan dosis 5 tetes 3 – 6 kali sehari. Kokomiristin kadat lebih rendah dioleskan atau dikompresskan untuk antiinflamasi, luka bakar, herpes, sporiasis , sariawan, rasa nyeri, sariawan, sakit gigi dan penyakit kulit lainnya. Cara kerjanya sangat cepat.
  3. Jamu Milliherbs turunan formulasi empirik yang sangat sederhana berbentuk krim untuk kutil, tahi lalat dan mata ikan dapat dihilangkan tanpa bekas. Krim turunan ke dua dapat digunakan untuk eksim, sporiasis, herpes, cacar air,  radang, bisul dan rasa sakit pada penderita lepra. Krim turunan ke tiga untuk encok, reumatik, antiradang, rasa sakit otot dan sendi, nyeri pada tubuh, nyeri karena strok, bisul, benjolan bahkan benjolan karena tumor. Cara kerjanya lebih cepat dibandingkan formula 2.

Formula ketiga ini Insya Allah berpeluang untuk mendapatkan hadiah nobel selain formulasinya sederhana khasiat untuk mengatasi tumor menjanjikan sebagai pengganti radiasi tetapi tidak mempunyai effek samping.
Uji kasus Jamu Milliherbs jenis ke tiga
 Millikutil dapat melunakkan tahi lalat kutil, mata ikan dalam beberapa hari dan lepas tanpa bekas. Bila sediaan diformulassi sesuai empirik akan melunakkan dalam beberapa menit dan  dalam beberapa hari lepas tanpa bekas, tetapi terasa nyeri.
 Millieksim merupakan krim campuran dari kokomiristin dan Millikutil dapat menyembuhkan eksim parah, sporiasis, herpes, cacar air,  radang, bisul, rasa sakit pada penderita lepra, bahkan dapat memperkecil radang dari tumor dkanker.
Milliencok merupakan krim campuran  dari kokomiristin, millikutil dan minyak atsiri dapat untuk encok, reumatik, antiradang, rasa sakit otot dan sendi, nyeri pada tubuh, nyeri karena strok.
Millisingset/susut perut  merupakan krim campuran  dari kokomiristin, millikutil dan minyak atsiri lainnya dapat untuksusut perut, antiradang, kembung, diperkirakan dapat menyusutkan penderita filariasis (penelitian lebih lanjut)

Kesimmpulan
             Dari pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa “UJI KLINIK JAMU MILLIHERBS DAPAT BERPELUANG UNTUK MENDAPATKAN  HADIAH NOBEL” bersama ini kami mengajukan permohonan kepada pemerintah atau Industri Farmasi untuk membiayai penelitian ini untuk kepentingan masyarakat luas.

Daftar Pustaka
.
  1. ASPAN R., 2004 Pengembangan Obat Bahan Alam Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Seminar Nasional TOI XXV, Tawangmangu.
  2. Sujitno M., 2004, Gambaran Uji KlinikObat Tradisionalyang Baik, Seminar nasional TOI XXV, Tawangmangu
  3. Shoba G. dkk, 1998, Influence of piperin the pharmacokinetic of curcumin in animals and humans volunteers, Health Star, 1998 – 1999
  4. Unnikrishnan MC, dkk, 1990, Chemoprotection of garlic extrct toward cyclophosphamid Toxicity in mice Medline (R).
  5. MillG. &Bone K., 2000, Principle and practices of Phytotherapy Modern Herbal Medicine, Churchill Livingstone, Edenbeerg.
  6. Azis S., 2006, Pembuktan bahwa Khasiat Sedian Jamu Milliherb Setara dengan Obat Modern Berdasarkan Uji Kasus, Kesehatan Masyarakat, Volume 73, Jakarta.
  7. Azis S., 2006, Studi Manfaat Daun Katuk (Sauropus androgynous), Cermin Dunia Kedokteran, nomor 151, Jakarta
  8. Lung Transplantation in Bronchiolitis Obliterans Associated with vegetable comsumpsion (research letter), 1998, Lancet Website.
  9. Azis S. 2003, Sauropus Blume, Procea, Plant Resources of South Easth Asia 12, (3) Medicional and Poisonous Plant 3, Backhuys Publisher, Leiden, page 365.
  10. Azis S. 2004, Proses Pembuatan dan Pemanfaatan 10 Formula Jamu Millherb, nomor Pendaftaran paten P00200400356 dan P00200500730.
  11. Azis S.2007. Penelitian Kwalitatif Kendala Jamu Masuk   Pelayanan Kesehatan Formal, Kesehatan Masyarakat nomor 75 tahun 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar