PENYUSUNAN PEDOMAN EVALUASI MANAJEMEN BIAYA OBAT DAN BIAYA RIIL PENGOBATAN DI RSU KABUPATEN SIDOARJO
Sriana Azis, Rini Sasanti, Max J.Herman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI
ABSTRACT
Guidline development on the assessment of Pharmaceutical cost management and real cost of treatment for in and out pasien at Sidoarjo Furnicipal Hospital.
Economic crisis in Indonesia has brought a decrease on GNP and the utilization of health facilities as well. In order to allocate the donor’s fund, properly a study on utilization and a real cost of treatment determination has to be done
A cross sectional study on Guidelines development on the assesment of Pharmaceutical cost management and real cost of treatment for in and out – patient at Sidoarjo Furnicipal Hospital on class II and III from pediatric, surgery, internal, comminicable diseases and neurology departmentcia ; performed. The data on cost and budget, cost recovery, drug supply and storage, patient access and drug utilization, real treatment cost, real drug cost per curative encounter and patient ability to pay were collected.. Data were analyzed descriptively through means and comparison. The study also developed a manual for evaluation of Pharmaceutical cost management
Results of the study as follows :
1. A Guidelines on the assessment of drug cost management and real treatment cost for in- and out-patient at RSU “ (enclosed)
2. The computation of baseline data for grouped indicators from the year 1998/99 to 2001.
3. The Ability to pay of class III in-patient per family per month is Rp. 14.773,67 or 2,4% of their earning. The real treatment cost for class III in-patient (Rp. 622.591,00) shows that the cost has tobe paid by the patient just like the treatment cost of out-patient (Rp. 28.133).
Key word : pharmaceutical management, pharmaco economic
I. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat secara optimal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992. 1)
Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia hingga saat ini mempunyai akibat dramatis yaitu menurunnya pendapatan nyata penduduk akibat hilangnya kesempatan kerja. Kemampuan penduduk untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan menurun karena tidak ada lagi daya beli dan daya jangkau masyarakat.
Dalam keadaan krisis ekonomi ini, pemerintah memberikan bantuan dana melalui PSBK ( ), termasuk dana pelayanan kesehatan Rumah Sakit bagi penduduk miskin. Dana ini disalurkan melalui anggaran OPRS ( Operasional Rumah Sakit ). Untuk itu perlu dibuatkan panduan analisis biaya, proyeksi pemanfaatan dan pola tarif yang realistis sesuai dengan strata ekonomi pasien.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa di RSU Cianjur 1998/1999 biaya operasional rawat inap kelas III sebesar Rp. 425.079.765,- (21,8%), bila biaya gaji karyawan tidak dimasukkan maka biaya ini menjadi Rp. 245.461.536,- (12,4%). Unit biaya rawat inap klas III sekitar Rp.20.000,- dan tambahan sebesar Rp.7.000,- (1). Komponen terbesar dari biaya operasional adalah biaya gaji 61%, biaya obat dan bahan 17,4%. Biaya lainnya meliputi makanan 10,1%, biaya pemeliharaan 8%, biaya ATK 2,22% dan biaya lain-lain 3,51%. 2).
Biaya obat dan bahan merupakan biaya kedua terbesar (17,4%) dari biaya operasional RSU, hingga memungkinkan intervensi melalui analisis manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan untuk pasien rawat jalan dan inap RSU.
Masalah : Petugas Instalasi Farmasi belum dapat mengukur indikator manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat jalan dan inap RSU karena belum adannya pedoman baku untuk mengukur indikator manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat jalan dan inap di RSU kabupaten.
Penelitian ini menyusun :
1. Pedoman evaluasi manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat jalan dan inap di RSU Sidoardjo dengan pendekatan indikator.
2. Pedoman Evaluasi Pembiayaan dan Pengelolaan Obat Pasien Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan Kabupaten dengan mengadopsi survei cepat WHO (PAHO), tahun 1995; “ Rapid Pharmaceutical Management Assessment : An Indicator – Based Approach “. dari hasil penelitian di Kabupaten Pekalongan yang dibiayai ICDC / ADB tahun 1999 / 2000. 3) yang di uji cobakan di 10 Puskesmas Kabupaten Pekalongan pada tahun 2001. 4)
Tujuan umum : menyediakan data dasar manajemen obat, biaya riil pengobatan dan menyusun pedoman evaluasi manajemen obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat inap di RSU.
Tujuan khusus :
1. Menyediakan data dasar yang meliputi grup indikator manjemen obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat jalan dan inap.
2. Menyusun pedoman evaluasi manajemen obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat
jalan dan inap berdasarkan pengukuran indikator. Pengembangan pedoman ini
bertujuan untuk mengembangkan metode baku penilaian berdasarkan pengukuran
indikator secara cepat agar dapat digunakan oleh pembuat kebijaksanaan untuk menilai
keberhasilan sistem.
Manfaat : Pedoman Manajemen Biaya Pengobatan dan Biaya Obat untuk pasien rawat jalan dan inap RSU ini dapat digunakan sebagai pelengkap kebijakan, meningkatkan efisiensi, menilai sistem dan memperkirakan subsidi silang untuk pasien rawat inap kelas II dan III RSU dengan memperhitungkan kemampuan pasien dengan demikian dapat mengukur keberhasilan pemerataan pelayanan kesehatan di RSU Kabupaten.
II. METODOLOGI
Keterbatasan penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data sekunder dari dokumen dan data primer dilakukan dengan menggunakan kuessioner pada pasien rawat jalan dan inap. Hasil analisis data ini tidak dapat diambil kesimpulan secara umum karena sampel survei cepat 30 pasien dari setiap ruangan (5 ruangan) dan tergantung dari kesiapan, keterbukaan informasi dari masing-masing pasien.
Desain penelitian :Cross – Sectional
Lokasi penelitian: Rumah Sakit Umum Kabupaten Sidoardjo.
Data yang dikumpulkan
Data sekunder : semua dokumen rumah sakit (profil, perencanaan, keuangan, instalasi farmasi dan lain-lain) dan data perawatan 60 pasien rawat inap klas II, III dan pasien rawat jalan diambil secara selektif sebulan sebelum penelitian dan dianalisis 30 pasien dari data yang terbaik
Data primer : Pasien rawat inap kelas III diambil selama penelitian sampai mendapatkan 60 pasien dari setiap ruang perawatan dan dianalisis 30 pasien dari data yang terlengkap. Ruang perawatan terdiri dari anak, bedah, penyakit dalam, penyakit menular dan syaraf..
Kedua data tersebut di atas digunakan untuk menghitung grup indikator anggaran dan biaya RSU, pemulihan biaya, pembiayaan obat, pengadaan dan penyimpanan obat, , akses pasien dan pemanfatan obat, biaya riil pengobatan per kuratif, dan kemampuan membayar
Proses Penyusunan Pedoman
Penyusunan Pedoman Evaluasi Manajemen Biaya obat dan Biaya Pengobatan Pasien Rawat Inap mengadopsi metode baku Pengukuran Indikator PAHO-WHO tahun 1995 “ Rapid Pharmaceutical Management Assessment : An Indicator – Based Approach” dan Pedoman Evaluasi Pengelolaan dan Pembiayaan Obat pasien rawat jalan di pelayanan kesehatan kabupaten. . Pedoman ini digunakan sebagai kelengkapan kebijaksanaan RSU untuk menilai efisiensi dan keberhasilan sistem.
Kriteria indikator meliputi :
1. Indikator harus menggambarkan dimensi penting untuk keberhasilan
2. Indikator harus dapat dihitung dengan batasan waktu dan variabel kualitas data yang tersedia.
3. Masing-masing indikator harus dapat dipercaya.
4. Masing-masing indikator harus valid.
Sasaran pemakaian pedoman
Sasaran pemakai pedoman ini tergantung tujuan dan kegiatan penilaian. Pemakai pedoman terdiri dari :
1. Pembuat keputusan Departemen Kesehatan RI; perencana kesehatan; ekonomi kesehatan; pemberi donor; atau Direktur RSU untuk desain proyek dan evaluasi kegiatan.
2. Sistem manajer nasional, regional atau lokal yang ingin mengukur keberhasilan dari sistem spesifik atau kegiatan, misalnya seleksi produk, pengadaan, penyimpanan atau pemanfaatan obat.
3. Ilmuwan social, dan proyek kesehatan atau manajer fasilitas yang tertarik dalam riset operasional dan alat manajemen.
Studi indikator ini berdasarkan tiga opsi untuk pengumpulan data.
1. Penilaian struktur: dilakukan survei terhadap penggunaan dari instrumen struktur.
2. Batasan penilaian : wawancara, dan dokumen yang digunakan untuk penilaian indikator.
3. Penilaian pribadi : kuesioner informal dan FGD untuk mengukur masalah.
Tujuan pembuatan pedoman.
Pengembangan pedoman ini bertujuan untuk mengembangkan metode baku penilaian berdasarkan pengukuran indikator secara cepat agar dapat digunakan oleh pembuat kebijaksanaan untuk menilai keberhasilan sistem.
A. Daftar indikator evaluasi manajemen biaya obat dan biaya riil pengobtan rumah sakit umum diperoleh dari data sekunder.
a. Anggaraan dan biaya RSU
- % biaya obat per anggaran rutin
- Biaya obat per kuratif rawat jalan dan rawat inap.
- Persentase biaya obat per biaya pengobatan.
b. Pemulihan biaya
- % pasien rawat jalan yang tidak membayar retribusi
- % pasien rawat inap yang tidak membayar retribusi dan keringanan
3. Pemulihan biaya pengobatan ( coat recovery).
- Pemulihan biaya obat (cost drug recovery).
c. Pengadaan obat
1. Persentase pengadaan obat pusat per obat
2. Persentase pengadaan obat Dati II
3. Perentase pengadaan obat OPRS
4. Persentase pengadaan obat sumber lain.
d. Penyimpanan obat
1. Persentase penggunaan variasi obat
2. Persentase jumlah obat yang daluarsa
3. Persentase waktu kekosongan obat
e. Akses pasien dan pemanfaatan obat.
1. Rasio jumlah penduduk per RSU Pemerintah
2. Rasio jumlah pasien per peracik obat
3. Rasio jumlah jumlah pasien per pembuat R/.
4. Rasio jenis obat per lembar R/ pasien rawat jalan
5. Rasio jenis obat per lembar R/ pasien rawat inap
6. Persentase jumlah lembar R/ mengandung antibiotik untuk pasien rawat jalan.
7. Persentase jumlah lembar R/ mengandung antibiotik untuk pasien rawat inap.
8. Persentase jumlah R/ mengandung obat suntik untuk pasien rawat jalan
9. Persentase jumlah R/ mengandung obat suntik untuk pasien rawat inap
10. Persentase jenis obat generik pada R / pasien rawat jalan.
11. Persentase jenis obat generik pada R/ pasien rawat inap
f. Biaya riil pengobatan
1) Biaya riil pengobatan per kuratif
1. Rerata biaya riil obat pengobatan pasien rawat inap kelas II
2. Rerata biaya riil obat pengobatan pasien rawat inap kelas III
2). Biaya riil obat per kuratif
1. Rerata biaya riil obat pasien rawat jalan per kuratif
2. Rerata biaya riil obat pasien rawat inap kelas II per kuratif
3. Rerata biaya riil obat pasien rawat inap kelas III per kuratif.
3).Biaya riil perawatan dan upaya medis per kuratif
1. Rerata biaya riil obat pasien rawat inap kelas II per kuratif
2. Rerata biaya riil obat pasien rawat inap kelas III per kuratif
B. Kemampuan membayar dihitung dari data primer pasien rawat inap kelas III
1. Rerata pendapatan pasien
2. Rerata belanja makanan pasien
3. Rerata ATP
Pengolahan data: Pengelolaan data dilakukan secara deskriptis, perhitungan perbandingan dan rerata
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Biaya RSU Kabupaten Sidoarjo
Dari data sekunder yang tersedia pada tahun anggaran 2000 total biaya operasional Rp.11.681.449.020,00 dan dari swadana Rp. 10.200.000.000,00. Dari jumlah ini komponen terbesar adalah untuk biaya obat sebesar Rp.9.413.010.000,00 atau 43 % dari jumlah anggaran rutin ditambah anggaran swadana (biaya operasional).
Biaya operasional RSU dibagi dalam jenis kegiatan terdiri dari 5 belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas dan belanja lain-lain. Biaya operasional belum dialokasikan kedalam unit-unit kerja, sehingga tidak dapat dihitung biaya per unit, oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan perhitungan indikator manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan. Pasien rawat jalan, rawat inap kelas II (IRD) dan kelas III pada sebulan sebelum penelitian (bulan Juli) tahun 2001
Pengumpulan data dan analisis hasil terdiri dari:
1. Data sekunder dianalisis berdasarkan pengukuran indikator dari evaluasi biaya riil perawatan dan biaya obat dan dianalisis secara diskriptif..
2. Data primer digunakan untuk mengukur kemampuan pasien rawat inap kelas III dan dianalisis secara diskriptis..
B. Menghitung Indikator Dari Evaluasi Manajemen Biaya Obat Pengobatan Pasien Rawat Jalan dan Inap di RSU Sidoarjo
Pengumpulan data sekunder secara survei cepat di RSU Sidoardjo. Berdasarkan pengukuran indikator dapat disajikan gambaran informasi untuk perhitungan biaya riil pengobatan (Tabel 1 ) dan gambaran data dasar indikator evaluasi manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan di RSU Sidoarjo (Tabel 2.) seperti terlihat dibawah ini :
Tabel 1. Gambaran perhitungan biaya riil pengobatan pasien rawat jalan dan rawat
inap per kuratif di RSU Sidoardjo pada bulan Juli tahun 2001
Diskriptif | Rerata biaya | Standar deviasi |
Rawat jalan. 1. Karcis 2. Biaya obat | Rp. 2000,00 Rp. 28.132,45 | 0 Rp.29.053,72 |
Rawat inap kelas II/IRD1. Biaya riil pengobatan 2. Biaya riil obat 3. Biaya riil perawatan | Rp. 830.284,10 Rp. 420.159,20 Rp. 423.505,11 | Rp. 771.617,50 Rp. 544.093,00 Rp. 374.219,32 |
Rawat inap kelas III 1. Biaya riil pengobatan 2. Biaya riil obat 3. Biaya riil perawatan | Rp. 622.591,80 Rp. 359.296,20 Rp.266.477,78 | Rp. 777.646,40 Rp. 700.337,50 Rp. 164.275,80 |
Biaya riil obat pasien rawat jalan Rp 28.132,00
Perbedaan kelas II dan kelas III adalah pasien rawat inap kelas II dirawat di ruang ICU, sedangkan pasien kelas III dirawat di ruang rawat kelas III. Oleh karena itu perbedaan terbesar biaya riil pengobatan adalah pada biaya riil perawatan pada pasien kelas II sebesar Rp. 423.505,11 dan kelas III Rp. 266.477,78. Biaya riil obat klas II Ep 420.159,20 dan klas III Rp 359.296,80.
Dari hasil pengukuran indikator seperti yang tertera pada tabel tersebut di atas dapat terlihat bahwa :
1. Biaya pengobatan per kuratif dari anggaran rutin RSU Sidoardjo pada tahun 1998 /1999 Rp. 47,562,00, tahun 1999 / 2000 meningkat menjadi Rp. 59.631,00 dan tahun 2000 menjadi Rp. 61.815,00. Peningkatan biaya rutin hanya senilai dengan inflasi belum diperhitungkan kenaikan harga obat dan biaya perawatan.
2. Biaya obat per kuratif rawat jalan dan rawat inap dari anggaran rutin pada tahun 1998 / 1999 sebesar Rp.23.499,00, naik pada tahun 1999 / 2000 menjadi Rp 25.079,00; dan turun pada tahun 2000 menjadi Rp.20.719,00. Hal ini tidak diharapkan karena setiap tahunnya harga obat naik
3. Persentase biaya obat per biaya pengobatan (biaya rutin) dari tahun 1988 – 2000 berkisar 33,6 % - 49,4 % berarti biaya obat merupakan biaya terbesar dibandingkan dengan biaya operasional lainnya.
4. Pasien rawat jalan yang tidak membayar retribusi meningkat terus dari tahun 1998 0,74%, tahun 1999 0,86% dan tahun 2000 menjadi 1,65 %, sedangkan untuk rawat inap persentasenya lebih tinggi pada tahun 1999 7,50 % dan tahun 2000 7,80 %; hal ini berarti makin lama makin meningkat subsidi RSU yang diberikan pada penduduk miskin.
5. Pemulihan biaya pengobatan masih rendah dan cenderung menurun pada tahun 1998 49 %, tahun 1999 47 % dan tahun 2000 43 %, sedangkan pemulihan biaya obat pada tahun 1998 /1999 sebesar 13 %, tahun 1999 /2000 meningkat menjadi 21 % dan turun lagi tahun 2000 menjadi 14 %. Hal ini berarti RSU menanggung biaya pengobatan pasien rawat jalan dan rawat inap berkisar antara 51 – 57 % termasuk biaya obat. .
6. Sejak tahun 2000 pengadaan obat sudah dibiayai oleh daerah tingkat II dan bantuan OPRS, karena sudah diberlakukannya perundang-undangan desentralisasi.
7. Rasio penggunaan variasi sebesar 61 % dan waktu kekosongan nihil.
8. Rasio dokter – pasien = 4.408 pasien per dokter dan rasio peracik obat – pasien = 6.171 pasien per apoteker dan asisten apoteker pada tahun 2000.
9. Pemanfaatan dan kerasionalan penggunaan obat untuk pasien rawat jalan sebagai berikut : jumlah jenis obat dalan lembar R/ 2,7, persentase lembar R/ mengadung antibiotik dan injeksi sebesar 43 % dan 0 % dan jumlah jenis obat generik per jumlah jenis obat dalam 30 R/ sebesar 50 %. Diharapkan penulisan obat generik ditingkatkan agar harga obat lebih terjangkau oleh masyarakat.
10. Pemanfaatan dan kerasionalan penggunaan obat pada pasien rawat inap sebagai berikut : jumlah jenis obat perlembar R/ sebesar 7,8, persentase lembar R/ yang mengandung antibiotik dan injeksi sebesar 90 % dan 83 %, dan jumlah jenis obat generik per jumlah jenis obat dalam 30 R/ sebesar 2 %. Diharapkan penulisan obat generik ditingkatkan agar harga obat lebih terjangkau sehingga tidak memberatkan terutama untuk pasien rawat inap.
11. Rerata biaya riil pengobatan pasien rawat inap per kuratif tahun 2001 klas II sebesar Rp 830.284,00 + Rp. 777.617,00 dan pasien klas III sebesar Rp 622.591,00 + Rp 777.646,00, nilai ini dibandingkan dengan nilai ATP untuk memperkirakan kemampuan membayar pasien.
12. Rerata biaya riil obat per kuratif pasien rawat inap klas II sebesar Rp 420.159,00 + Rp. 544.093,00 dan pasien klas III sebesar Rp 359.296,00 + Rp 700.338, hal tersebut menggambarkan bahwa perbedaan biaya riil obat dipengaruhi oleh jenis penyakit, jenis obat bermerk atau obat generik yang diberikan bukan perbedaan kelas. Rerata biaya riil obat pasien rawat jalan sebesar Rp. 28.133,00 +Rp 29.054,00.
13. Rerata biaya riil perawatan pasien rawat inap kelas II (IRD) sebesar Rp. 423.403,00 + Rp. 374.219 dan kelas III sebesar Rp. 266.477 + Rp.164.275,00.
A. Kemampuan Membayar Pasien dihitung dari data primer
· Karakteristik responden penyandang dana pasien kelas II dan III yang meliputi pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, jumlah anggota keluarga dan pekerjaan dapat terlihat pada tabel 3. di bawah ini:
Tabel 3. Distribusi karakteristik responden di RSU Sidoardjo pada bulan Agustus –
Oktober tahun 2001
Karekteristik | Frekuensi | % |
Pendidikan1. Tidak sekolah – SD 2. SMP 3. SMU – Sarjana | 84 33 33 | 56,0 22,0 22,0 |
Pekerjaan1. Buruh 2. Wiraswasta 3. Karyawan suasta 4. PNS / ABRI | 51 36 46 17 | 34,0 24,0 30,7 11,3 |
Sosial – ekonomi1. Kurang 2. Cukup 3. Baik | 14 17 119 | 9,3 11,3 79,4 |
Jumlah anggota keluarga 1. 1 – 4 orang 2. > 5 orang | 71 79 | 47,7 52,7 |
Dari data tersebut diatas terlihat bahwa responden penyandang dana yang terbesar mempunyai pendidikan tidak sekolah – tamat SD sebesar 56,0 %, pekerjaan buruh sebesar 34,0 %, sosio-ekonomi baik sebesar 79,4 %. Kemungkinan hal ini disebabkan karena informasi kurang tepat karena berdasarkan pengakuan bukan dari pengamatan, dan jumlah anggota keluarga 1 – 4 orang ebesar 47,7 % lebih kecil dari > 5 orang sebesar 52,7 %..
· Karakteristik pasien rawat inap kelas III meliputi umur, jenis kelamin, lama rawat, dan jenis penyakit seperti tersebut dalam tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4. Distribusi karakteristik pasien rawat inap kelas III RSU Sidoardjo pada
bulan Agustus – September tahun 2001.
Karakteristik | Frekuensi | % |
Umur1. Anak 2. Dewasa 3. Manula > 60 yahun | 28 85 37 | 18,7 56,7 24,6 |
Jenis kelamin1. Pria 2. Perempuan | 72 78 | 48,0 52,0 |
Lama rawat1. 1 – 3 hari 2. ³ 4 hari | 50 100 | 33.3 66,6 |
Jenis penyakit1. Penyakit dalam 2. Bedah 3. Anak 4. Syaraf 5. Penyakit menular | 36 32 32 14 36 | 24,0 21,3 21,3 9,3 24,0 |
Dari data tersebut di atas dapat terlihat bahwa pasien rawat inap dewasa tertinggi jumlahnya sebesar 56,7 % dan kemudian diikuti oleh manula sebesar 24,6 %. Jumlah pasien perempuan sebesar 52 % sedikit lebih tinggi dari pada pasien pria sebesar 46 %. Lama rawat lebih besar atau sama dengan empat hari berjumlah 66,6 % dan 1 –3 hari hanya 33,3 %.
· Kondisi ATP pasien rawat jalan kelas tiga yang dihitung berdasarkan total pendapatan dikurangi total pengeluaran keluarga seperti tersebut pada tabel 5.
Tabel 5. Gambaran Penghasilan, pengeluaran dan ATP pasien rawat inap kelas III
Pada bulan Agustus – Oktober 2001
Analisis diskriptis | Pendapatan | Pengeluaran | ATP |
Mean Median Modus SD Minimum Maksimum | Rp 618,593,30 Rp. 500.00,00 Rp. 300,000,00 Rp. 433.088,50 Rp. 150.000 Rp. 2.600.000,00 | Rp. 334.100,00 Rp. 300.000,00 Rp. 300,000,00 Rp. 140.841,30 Rp. 100.000,00 Rp. 900.000,00 | Rp. 14.773,67 Rp. 10.000,00 Rp. 7.500,00 Rp. 16.484,08 Rp. 00 Rp. 85.000,00 |
Dari data tersebut diatas terlihat bahwa rerata ATP pasien rawat inap sebesar Rp14.773,67 per KK / bulan atau 2,4 % dari pendapatan pasien rawat inap kelas III, bila dibanding dengan biaya riil pengobatan rawat inap kelas III sebesar Rp. 622.591,00, berarti pembayaran biaya pengobatan tersebut diperoleh dari sumber lain. Demikian juga untuk pembayaran obat rawat jalan sebesar Rp. 28.133,00 sekali datang.
KESIMPULAN
Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Telah disusun pedoman Evaluasi manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat jalan dan rawat inapdi RSU (lampiran).
2. Telah dihitung data dasar indikator evaluasi manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat jalan dan rawat inap di RSU Sidoarjo dari tahun 1998 / 1999 – tahun 2001 tentang anggaran dan biaya kesehatan, pemulihan biaya, pengadaan obat RSU, akses pasien dan pemanfaatan obat, dan biaya riil pengobatan per kuratif (tabel 2).
3. Dari perhitungan ATP atau kemampuan membayar pasien rawat inap kelas III per KK / bulan hanya sebesar Rp 14.773,67 atau 2,4 % dari pendapatan pasien rawat inap kelas III, bila dibanding dengan biaya riil pengobatan rawat inap kelas III sebesar Rp. 622.591,00, berarti pembayaran biaya pengobatan tersebut diperoleh dari sumber lain. Demikian juga untuk pembayaran obat rawat jalan sebesar Rp. 28.133,00
.
SARAN
1. Diharapkan Pedoman evaluasi manajemen biaya obat dan biaya riil pengobatan pasien rawat jalan dan rawat inap RSU kabipaten dapat diuji coba di beberapa RSU kabupaten.
2. Direktur RSU membuat kebijakan penggunaan obat generik ditingkatkan di RSU terutama untuk pasien rawat jalan dan rawat inap kelas III untuk menekan biaya agar lebih terjangkau atau setara atau mendekati dengan nilai kemampuan membayar pasien rawat jalan dan inap RSU Kabupaten.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan, 1992, Undang – Undang Kesehatan no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Jakarta.
2. Biro perencanaan Dep.Kesehatan RI, Health Economic & Health Policy Report Series no.3, 1989.
3. Badan Litbangkes, Ditjen P2MPLP, Bappenas, Buku Panduan riset operasional intensifikasi pemberantasan penyakit menular (RO-IP2M), Jakarta 1998.
4. WHO - PAHO, Rapid Pharmaceutical management Assesment An Indicator - based Approach, Washington DC, 1995.
5. Laporan Penelitian Pengembangan Pola Pembiayaan Obat Penyakit Menular (Malaria, ISPA, TB, dan Campak) di Rumah Sakit Umum dan 4 Puskesmas di Kabupaten Pekalongan, ICDC 199/2000.
6. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo, 2001, Sidoarjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar